Minggu, 15 Mei 2011

kepemimpinan dalam kelompok

PENDAHULUAN


Latar Belakang penelitian


Kepemimpinan dalam kelompok menjadi hal yang sangat strategis untuk diperhatikan pada usaha pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan kelompok. Kepemimpinan kelompok merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi anggota kelompoknya untuk bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh pemimpin dalam mencapai tujuan kelompok secara bersama.
Dalam kelompok selalu ada pemimpin yang dapat menampilkan berbagai peranan, khususnya dalam mengerakkan anggota agar melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan kelompok. Alasan lain pentingnya kepemimpinan dalam kelompok adalah pada berbagai kondisi masyarakat desa, maupun masyarakat kota yang satu dengan lain sangat berbeda karakteristiknya serta cara mencapai tujuan dari kelompok itu sendiri.
Kelompok keswadayaan masyarakat adalah kelembagaan yang dirancang untuk membangun kembali kehidupan masyarakat mandiri yang mampu mengatasi kemiskinannya sendiri. Di samping itu kelompok keswadayaan masyarakat mengemban misi untuk menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama warga agar saling bekerja sama demi kebaikan bersama.
Pada kelompok masyarakat kota dicirikan dengan masyarakat yang sudah meninggalkan tradisi dan adat-istiadat, di sisi lain masyarakat miskin kota belum memiliki mobilitas yang tinggi dan masih terbatas akses terhadap berbagai kemajuan indutrialisasi, informasi dan tehnologi. Seiring dengan kondisi ini perubahan yang terjadi pada masyarakat kota berlangsung secara cepat bila dibandingkan dengan komunitas masyarakat desa. Peran dari stakeholder termasuk pemimpin kelompok yang ada dalam

masyarakat kota menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh semua pihak maupun agen pembaharu dalam pemberdayaan kelompok swadaya masyarakat miskin kota.
Pengamatan menunjukkan bahwa komunitas masyarakat miskin kota pada hakekatnya, berkeinginan untuk mengadakan perubahan-perubahan yang akhirnya dapat membawa perbaikan taraf hidup. Di sinilah peran agen dan pembaharu baik yang bersumber dari pemerintah seperti penyuluh maupun LSM untuk bisa menjembatani pencapaian tujuan dengan berbagai program pemberdayaan sesuai dengan sumberdaya alam, budaya dan tipe interaksi sosial dalam kelompok masyarakat tersebut.
Keberadaan kepemimpinan kelompok pada masyarakat miskin di perkotaan yang berbeda sejalan dengan karakteristik anggotanya, maka diperlukan kepemimpinan yang berbeda pula baik dalam hal pengetahuan, ketrampilan, pengalaman maupun karakteristik dari kelompok itu sendiri serta peranan dari kepemimpinan kelompok dalam usaha meningkatkan kedinamisan masyarakat miskin perkotaan yang akhirnya akan mempercepat proses pemberdayaan masyarakat miskin kota.


Masalah Penelitian

Dalam usaha mendinamiskan anggota kelompok keswadayaan masyarakat miskin perkotaan di mana peran pemimpin kelompok dianggap sangat penting, maka ada tuntutan yang harus dijawab: pemimpin yang bagaimana yang ideal bagi peningkatan kedinamisan masyarakat miskin perkotaan berdasarkan faktor internal dan ekternal dalam kelompok masyarakat miskin perkotaan. Berpijak dari masalah ini maka pertanyaan penelitian yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor internal dan eksternal anggota kelompok swadaya masyarakat miskin kota?
2. Sejauh mana persepsi anggota tentang peran pemimpin kelompok swadaya masyarakat miskin perkotaan?
3. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan persepsi anggota terhadap peran pemimpin kelompok pada masyarakat miskin perkotaan.


Tujuan Penelitian

Dari pertanyaan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal anggota kelompok swadaya masyarakat miskin perkotaan.
2) Mengetahui persepsi anggota terhadap peran pemimpin kelompok swadaya masyarakat miskin perkotaan
3) Menjelaskan hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan pesepsi anggota terhadap peran pempimpin kelompok pada masyarakat miskin perkotaan.



Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan, dan para praktisi yang berkecimpung langsung dalam pemberdayaan masyarakat. Lebih khusus diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pemerintah dan pihak terkait

a) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam usaha pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan dengan tidak mengabaikan peranan pemimpin kelompok dalam pengambilan kebijakan pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan.
b) Memberikan kritikan dan saran tentang pergeseran peranan kepemimpinan kelompok pada berbagai kondisi masyarakat bagi pihak-pihak yang berkecimpung langsung sebagai agen pembaharu (pemerintah / LSM) dalam pemberdayaan masyarakat di masa yang akan datang.



2. Penguruan Tinggi

a) Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat menambah khasanah keilmuan di bidang penyuluhan pembangunan tentang pentingnya kepemimpinan kelompok dalam pemberdayaan masyarakat.
b) Memberikan kontribusi informasi awal bagi penelitian selanjutnya, dalam usaha mendapatkan model pemberdayaan kelompok yang ideal pada masyarakat miskin perkotaan melalui kajian peranan pemimpin kelompok.

Definisi Istilah

Definisi beberapa istilah dan menjadi peubah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor internal dan eksternal kelompok adalah faktor-faktor yang ada dalam kelompok dan yang berasal dari luar kelompok terdiri atas:
• Umur adalah usia anggota kelompok swadaya masyarakat miskin kota yang dihitung sejak lahir sampai saat menjadi responden dalam penelitian ini, diukur dalam jumlah tahun.
• Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil dicapai responden, diukur dalam skala nominal: rendah, sedang dan tinggi yang dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan formal yang di capai.
• Pendidikan non formal adalah pendidikan (pelatihan, kursus, magang dan sebagainya) yang diterima responden diluar pendidikan formal yang dapat menunjang kegiatan usaha. diukur dalam skala nominal: pernah dan tidak pernah yang dikelompokkan berdasarkan pernah atau tidak responden mengikuti pendidikan non formal.
• Pengalaman berusaha yaitu lama anggota berusaha yang dilakukan oleh anggota kelompok sesuai dengan jenis usahanya, diukur dalam skala nominal dikelompokkan berdasarkan jumlah tahun bekerja sedikit, sedang dan banyak.
• Aset usaha adalah sarana dan prasarana yang dimiliki atau ada pada anggota kelompok yang dimanfaatkan untuk usaha yang ditekuninya, diukur dalam skala nominal; sedikit, cukup banyak dan banyak, dikelompokkan berdasarkan status kepemilikan aset usaha.
• Kosmopolitan adalah sikap keterbukaan responden dalam menerima berbagai hal baru, hal ini dipengaruhi oleh: 1) frekuensi responden mengunjungi sumber

informasi, 2) frekuensi responden memanfaatkan media massa, selanjutnya kekosmopolitan digolongkan menjadi tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi.
• Persepsi terhadap P2KP adalah pendapat/pengertian anggota kelompok terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), diukur dalam skala nominal: buruk, cukup baik dan baik terhadap mamfaat dari keberadaan P2KP.
• Ketersediaan modal adalah ketersediaan dan kemudahan mengakses modal dari program P2KP oleh anggota kelompok, diukur dalam skala nominal: rendah, sedang, dan tinggi dalam kersediaan modal.
• Intensitas pendampingan adalah banyaknya kegiatan-kegiatan yang bertujuan merubah perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) responden dalam usaha meningkatkan kedinamisan responden dalam pengembngan usaha yang dilakukan oleh tenaga pedamping kelompok, diukur dalam skala nominal: rendah,sedang, dan tinggi intensitas pedampingan dalam pengembangan usaha.
• Pendapatan anggota adalah selisih peneriaan dan pengeluaran (Rupiah/bulan) anggota yang bersumber dari usaha anggota pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di bawah P2KP, berdasarkan sebaran pendapatan diukur dengan skala ordinal: rendah, sedang dan tinggi.
Pemimpin kelompok adalah individu yang ditunjuk/diserahi tanggung jawab oleh pihak P2KP maupun anggota kelompok sebagai ketua kelompok pada masyarakat miskin kota.

Peranan pemimpin kelompok adalah perangkat perilaku dari pemimpin kelompok yang diharapkan dilakukan melalui; (1) peranan pemimpin dalam memotivasi anggota dalam berusaha, (2) peranan pemimpin sebagai penghubung dengan pihak P2KP, (3)

peranan pemimpin dalam membantu mengembangkan ketrampilan anggota, (4) peranan pemimpin dalam menjaga kekompakan kelompok, (5) peranan pemimpin dalam mengembangkan wawasan anggota, (6) peranan pemimpin dalam membantu anggota memasarkan hasil produksi, (7) peranan pemimpin sebagai penghubung dengn pihak lain untuk kelancaran usaha, dan (8) peranan pemimpin dalam menjabarkan ide-ide pengembangan usaha. Diukur skala ordinal berdasarkan kemampuan pemimpin: rendah, sedang, dan tinggi dalam mewujudkan kedelapan peran tersebut.
Persepsi anggota terhadap peranan pemimpin kelompok adalah pendapat atau gambaran anggota kelompok terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh pemimpin kelompok dalam menjalankan perannya. Diukur skala nominal berdasarkan kemampuan pemimpin: rendah, sedang, dan tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Persepsi
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.
Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk- petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorgani- sasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358)
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209).
Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorga- nisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).

Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Menpengaruhi



Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Yusuf, 1991: 108) se- bagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting.
Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55). Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsl bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli.
Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986 : 54). Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001: 19) mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan faktor pribadi adalah faktor insternal anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

Pengertian Peranan



Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan (Soekanto 1984: 237).
Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1) ketentuan peranan, (2) gambaran peranan, dan (3) harapan peranan. Ketentuan peranan adalah adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya. Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual ditampilkan sesorang dalam membawakan perannya, sedangkan harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya (Berlo
1961: 153). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peranan adalah perilaku pemimpin kelompok swadaya masyarakat membawa perannya dalam mengembangkan usaha anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam pemberdayaan masyarakat miskin kota.


Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan



Slamet (2002: 29) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh Slamet (2002: 30) bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan bersama dan kepemimpinan itu hanya melekat pada orang dan kepemimpinan itu harus mengena kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti harus diakui secara timbal balik, misalnya sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.

Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi pengikut bukan dengan paksaan untuk memotivasi orang mencapai tujuan tertentu. Kemampuan mempengaruhi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dari para anggotanya (Gibson 1986: 334)

Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan derajat kualitas emosi dari hubungan tersebut, yang mencakup tingkat keakraban dan penerimaan anggota terhadap pemimpinnya. Semakin yakin dan percaya anggota kepada pemimpinnya, semakin efektif kelompok dalam mencapai tujuannya. Dalam hubungan pemimpin dengan anggotanya perlu diperhatikan antisipasi kepuasan anggota dan harus dipadukan dengan tujuan kelompok, motivasi anggota dipertahankan tinggi, kematangan anggota dalam pengambilan keputusan dan adanya tekat yang kuat dalam mencapai tujuan ( Slamet 2002: 32).

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan: (1) pendayagunaan pengaruh, (2) hubungan antar manusia, (3) proses komunikasi dan (4) pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan tergantung pada kuatnya pengaruh yang diberi serta intensitas hubungan antara pemimpin dengan pengikut (Ginting 1999: 21)
Siangian S (1999: 208) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang telah dikenal secara luas yaitu:
a. Demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan sebagai keputusan bersama dari seluruh anggota sistem sosial yang bersangkutan.
b. Otokrasi yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan tergantung kepada pemimpinnya sendiri.
c. Laissez faire, yaitu gaya kepemimpinan yang menyerahkan pengambilan keputusan kepada masing-masing anggota sistem sosial itu sendiri.

Gaya kepemimpinan yang ada dalam suatu kelompok atau masyarakat tergantung pada situasi yang terdapat pada kelompok/ masyarakat tersebut. Dalam situasi yang sangat menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan cenderung gaya kepemimpinannya bersifat otoriter. Pada situasi dimana hubungan antara anggota dengan pemimpinnya sedang-sedang saja atau anggota kelompok sangat dipentingkan maka gaya kepemimpinan lebih diarahkan pada gaya kepemimpinan demokratis.



Peranan Pemimpin kelompok


Seorang pemimpin harus dapat melakukan sesuatu bagi anggotanya sesuai dengan jenis kelompok yang dipimpinnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemimpin untuk dapat mendinamiskan kelompok yaitu: (1) mengidentifikasi dan dan menganalisis kelompok beserta tujuannya, (2) membangun struktur kelompok, (3) inisiatif, (4) usaha pencapaian tujuan, (5) mempermudah komunikasi dalam kelompok, (6) mempersatukan anggota kelompok, dan (6) mengimplementasikan filosofi. (Slamet
, 2002: 34).


Robinson dalam (Ginting 1999: 26-27) Para ahli mengemukakan bahwa peranan yang perlu ditampilkan pemimpin adalah: (1) mencetuskan ide atau sebagai seorang kepala, (2) memberi informasi, (3) sebagai seorang perencana, (4) memberi sugesti, (5) mengaktifkan anggota, (6) mengawasi kegiatan, (7) memberi semangat untuk mencapai tujuan, (8) sebagai katalisator, (9) mewakili kelompok, (10) memberi tanggung jawab, (11) menciptakan rasa aman dan (12) sebagai ahli dalam bidang yang dipimpinnya. Sebagai pemimpin kelompok, seseorang harus berperan mendorong anggota beraktivitas sambil memberi sugesti dan semangat agar tujuan dapat tercapai. Segala masukan yang datang dari luar, baik berupa ide atau gagasan, tekanan- tekanan, maupun berupa materi, semuanya harus diproses di bawah koordinasi

Kamis, 12 Mei 2011

kepemimpinan dalam kelompok

PENDAHULUAN


Latar Belakang penelitian


Kepemimpinan dalam kelompok menjadi hal yang sangat strategis untuk diperhatikan pada usaha pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan kelompok. Kepemimpinan kelompok merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi anggota kelompoknya untuk bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh pemimpin dalam mencapai tujuan kelompok secara bersama.
Dalam kelompok selalu ada pemimpin yang dapat menampilkan berbagai peranan, khususnya dalam mengerakkan anggota agar melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan kelompok. Alasan lain pentingnya kepemimpinan dalam kelompok adalah pada berbagai kondisi masyarakat desa, maupun masyarakat kota yang satu dengan lain sangat berbeda karakteristiknya serta cara mencapai tujuan dari kelompok itu sendiri.
Kelompok keswadayaan masyarakat adalah kelembagaan yang dirancang untuk membangun kembali kehidupan masyarakat mandiri yang mampu mengatasi kemiskinannya sendiri. Di samping itu kelompok keswadayaan masyarakat mengemban misi untuk menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama warga agar saling bekerja sama demi kebaikan bersama.
Pada kelompok masyarakat kota dicirikan dengan masyarakat yang sudah meninggalkan tradisi dan adat-istiadat, di sisi lain masyarakat miskin kota belum memiliki mobilitas yang tinggi dan masih terbatas akses terhadap berbagai kemajuan indutrialisasi, informasi dan tehnologi. Seiring dengan kondisi ini perubahan yang terjadi pada masyarakat kota berlangsung secara cepat bila dibandingkan dengan komunitas masyarakat desa. Peran dari stakeholder termasuk pemimpin kelompok yang ada dalam

masyarakat kota menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh semua pihak maupun agen pembaharu dalam pemberdayaan kelompok swadaya masyarakat miskin kota.
Pengamatan menunjukkan bahwa komunitas masyarakat miskin kota pada hakekatnya, berkeinginan untuk mengadakan perubahan-perubahan yang akhirnya dapat membawa perbaikan taraf hidup. Di sinilah peran agen dan pembaharu baik yang bersumber dari pemerintah seperti penyuluh maupun LSM untuk bisa menjembatani pencapaian tujuan dengan berbagai program pemberdayaan sesuai dengan sumberdaya alam, budaya dan tipe interaksi sosial dalam kelompok masyarakat tersebut.
Keberadaan kepemimpinan kelompok pada masyarakat miskin di perkotaan yang berbeda sejalan dengan karakteristik anggotanya, maka diperlukan kepemimpinan yang berbeda pula baik dalam hal pengetahuan, ketrampilan, pengalaman maupun karakteristik dari kelompok itu sendiri serta peranan dari kepemimpinan kelompok dalam usaha meningkatkan kedinamisan masyarakat miskin perkotaan yang akhirnya akan mempercepat proses pemberdayaan masyarakat miskin kota.


Masalah Penelitian

Dalam usaha mendinamiskan anggota kelompok keswadayaan masyarakat miskin perkotaan di mana peran pemimpin kelompok dianggap sangat penting, maka ada tuntutan yang harus dijawab: pemimpin yang bagaimana yang ideal bagi peningkatan kedinamisan masyarakat miskin perkotaan berdasarkan faktor internal dan ekternal dalam kelompok masyarakat miskin perkotaan. Berpijak dari masalah ini maka pertanyaan penelitian yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor internal dan eksternal anggota kelompok swadaya masyarakat miskin kota?
2. Sejauh mana persepsi anggota tentang peran pemimpin kelompok swadaya masyarakat miskin perkotaan?
3. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan persepsi anggota terhadap peran pemimpin kelompok pada masyarakat miskin perkotaan.


Tujuan Penelitian

Dari pertanyaan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal anggota kelompok swadaya masyarakat miskin perkotaan.
2) Mengetahui persepsi anggota terhadap peran pemimpin kelompok swadaya masyarakat miskin perkotaan
3) Menjelaskan hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan pesepsi anggota terhadap peran pempimpin kelompok pada masyarakat miskin perkotaan.



Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan, dan para praktisi yang berkecimpung langsung dalam pemberdayaan masyarakat. Lebih khusus diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pemerintah dan pihak terkait

a) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam usaha pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan dengan tidak mengabaikan peranan pemimpin kelompok dalam pengambilan kebijakan pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan.
b) Memberikan kritikan dan saran tentang pergeseran peranan kepemimpinan kelompok pada berbagai kondisi masyarakat bagi pihak-pihak yang berkecimpung langsung sebagai agen pembaharu (pemerintah / LSM) dalam pemberdayaan masyarakat di masa yang akan datang.



2. Penguruan Tinggi

a) Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat menambah khasanah keilmuan di bidang penyuluhan pembangunan tentang pentingnya kepemimpinan kelompok dalam pemberdayaan masyarakat.
b) Memberikan kontribusi informasi awal bagi penelitian selanjutnya, dalam usaha mendapatkan model pemberdayaan kelompok yang ideal pada masyarakat miskin perkotaan melalui kajian peranan pemimpin kelompok.

Definisi Istilah

Definisi beberapa istilah dan menjadi peubah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor internal dan eksternal kelompok adalah faktor-faktor yang ada dalam kelompok dan yang berasal dari luar kelompok terdiri atas:
• Umur adalah usia anggota kelompok swadaya masyarakat miskin kota yang dihitung sejak lahir sampai saat menjadi responden dalam penelitian ini, diukur dalam jumlah tahun.
• Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil dicapai responden, diukur dalam skala nominal: rendah, sedang dan tinggi yang dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan formal yang di capai.
• Pendidikan non formal adalah pendidikan (pelatihan, kursus, magang dan sebagainya) yang diterima responden diluar pendidikan formal yang dapat menunjang kegiatan usaha. diukur dalam skala nominal: pernah dan tidak pernah yang dikelompokkan berdasarkan pernah atau tidak responden mengikuti pendidikan non formal.
• Pengalaman berusaha yaitu lama anggota berusaha yang dilakukan oleh anggota kelompok sesuai dengan jenis usahanya, diukur dalam skala nominal dikelompokkan berdasarkan jumlah tahun bekerja sedikit, sedang dan banyak.
• Aset usaha adalah sarana dan prasarana yang dimiliki atau ada pada anggota kelompok yang dimanfaatkan untuk usaha yang ditekuninya, diukur dalam skala nominal; sedikit, cukup banyak dan banyak, dikelompokkan berdasarkan status kepemilikan aset usaha.
• Kosmopolitan adalah sikap keterbukaan responden dalam menerima berbagai hal baru, hal ini dipengaruhi oleh: 1) frekuensi responden mengunjungi sumber

informasi, 2) frekuensi responden memanfaatkan media massa, selanjutnya kekosmopolitan digolongkan menjadi tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi.
• Persepsi terhadap P2KP adalah pendapat/pengertian anggota kelompok terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), diukur dalam skala nominal: buruk, cukup baik dan baik terhadap mamfaat dari keberadaan P2KP.
• Ketersediaan modal adalah ketersediaan dan kemudahan mengakses modal dari program P2KP oleh anggota kelompok, diukur dalam skala nominal: rendah, sedang, dan tinggi dalam kersediaan modal.
• Intensitas pendampingan adalah banyaknya kegiatan-kegiatan yang bertujuan merubah perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) responden dalam usaha meningkatkan kedinamisan responden dalam pengembngan usaha yang dilakukan oleh tenaga pedamping kelompok, diukur dalam skala nominal: rendah,sedang, dan tinggi intensitas pedampingan dalam pengembangan usaha.
• Pendapatan anggota adalah selisih peneriaan dan pengeluaran (Rupiah/bulan) anggota yang bersumber dari usaha anggota pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di bawah P2KP, berdasarkan sebaran pendapatan diukur dengan skala ordinal: rendah, sedang dan tinggi.
Pemimpin kelompok adalah individu yang ditunjuk/diserahi tanggung jawab oleh pihak P2KP maupun anggota kelompok sebagai ketua kelompok pada masyarakat miskin kota.

Peranan pemimpin kelompok adalah perangkat perilaku dari pemimpin kelompok yang diharapkan dilakukan melalui; (1) peranan pemimpin dalam memotivasi anggota dalam berusaha, (2) peranan pemimpin sebagai penghubung dengan pihak P2KP, (3)

peranan pemimpin dalam membantu mengembangkan ketrampilan anggota, (4) peranan pemimpin dalam menjaga kekompakan kelompok, (5) peranan pemimpin dalam mengembangkan wawasan anggota, (6) peranan pemimpin dalam membantu anggota memasarkan hasil produksi, (7) peranan pemimpin sebagai penghubung dengn pihak lain untuk kelancaran usaha, dan (8) peranan pemimpin dalam menjabarkan ide-ide pengembangan usaha. Diukur skala ordinal berdasarkan kemampuan pemimpin: rendah, sedang, dan tinggi dalam mewujudkan kedelapan peran tersebut.
Persepsi anggota terhadap peranan pemimpin kelompok adalah pendapat atau gambaran anggota kelompok terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh pemimpin kelompok dalam menjalankan perannya. Diukur skala nominal berdasarkan kemampuan pemimpin: rendah, sedang, dan tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Persepsi
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.
Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk- petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorgani- sasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358)
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209).
Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorga- nisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).

Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Menpengaruhi



Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Yusuf, 1991: 108) se- bagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting.
Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55). Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsl bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli.
Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986 : 54). Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001: 19) mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan faktor pribadi adalah faktor insternal anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

Pengertian Peranan



Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan (Soekanto 1984: 237).
Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1) ketentuan peranan, (2) gambaran peranan, dan (3) harapan peranan. Ketentuan peranan adalah adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya. Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual ditampilkan sesorang dalam membawakan perannya, sedangkan harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya (Berlo
1961: 153). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peranan adalah perilaku pemimpin kelompok swadaya masyarakat membawa perannya dalam mengembangkan usaha anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam pemberdayaan masyarakat miskin kota.


Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan



Slamet (2002: 29) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh Slamet (2002: 30) bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan bersama dan kepemimpinan itu hanya melekat pada orang dan kepemimpinan itu harus mengena kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti harus diakui secara timbal balik, misalnya sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.

Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi pengikut bukan dengan paksaan untuk memotivasi orang mencapai tujuan tertentu. Kemampuan mempengaruhi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dari para anggotanya (Gibson 1986: 334)

Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan derajat kualitas emosi dari hubungan tersebut, yang mencakup tingkat keakraban dan penerimaan anggota terhadap pemimpinnya. Semakin yakin dan percaya anggota kepada pemimpinnya, semakin efektif kelompok dalam mencapai tujuannya. Dalam hubungan pemimpin dengan anggotanya perlu diperhatikan antisipasi kepuasan anggota dan harus dipadukan dengan tujuan kelompok, motivasi anggota dipertahankan tinggi, kematangan anggota dalam pengambilan keputusan dan adanya tekat yang kuat dalam mencapai tujuan ( Slamet 2002: 32).

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan: (1) pendayagunaan pengaruh, (2) hubungan antar manusia, (3) proses komunikasi dan (4) pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan tergantung pada kuatnya pengaruh yang diberi serta intensitas hubungan antara pemimpin dengan pengikut (Ginting 1999: 21)
Siangian S (1999: 208) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang telah dikenal secara luas yaitu:
a. Demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan sebagai keputusan bersama dari seluruh anggota sistem sosial yang bersangkutan.
b. Otokrasi yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan tergantung kepada pemimpinnya sendiri.
c. Laissez faire, yaitu gaya kepemimpinan yang menyerahkan pengambilan keputusan kepada masing-masing anggota sistem sosial itu sendiri.

Gaya kepemimpinan yang ada dalam suatu kelompok atau masyarakat tergantung pada situasi yang terdapat pada kelompok/ masyarakat tersebut. Dalam situasi yang sangat menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan cenderung gaya kepemimpinannya bersifat otoriter. Pada situasi dimana hubungan antara anggota dengan pemimpinnya sedang-sedang saja atau anggota kelompok sangat dipentingkan maka gaya kepemimpinan lebih diarahkan pada gaya kepemimpinan demokratis.



Peranan Pemimpin kelompok


Seorang pemimpin harus dapat melakukan sesuatu bagi anggotanya sesuai dengan jenis kelompok yang dipimpinnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemimpin untuk dapat mendinamiskan kelompok yaitu: (1) mengidentifikasi dan dan menganalisis kelompok beserta tujuannya, (2) membangun struktur kelompok, (3) inisiatif, (4) usaha pencapaian tujuan, (5) mempermudah komunikasi dalam kelompok, (6) mempersatukan anggota kelompok, dan (6) mengimplementasikan filosofi. (Slamet
, 2002: 34).


Robinson dalam (Ginting 1999: 26-27) Para ahli mengemukakan bahwa peranan yang perlu ditampilkan pemimpin adalah: (1) mencetuskan ide atau sebagai seorang kepala, (2) memberi informasi, (3) sebagai seorang perencana, (4) memberi sugesti, (5) mengaktifkan anggota, (6) mengawasi kegiatan, (7) memberi semangat untuk mencapai tujuan, (8) sebagai katalisator, (9) mewakili kelompok, (10) memberi tanggung jawab, (11) menciptakan rasa aman dan (12) sebagai ahli dalam bidang yang dipimpinnya. Sebagai pemimpin kelompok, seseorang harus berperan mendorong anggota beraktivitas sambil memberi sugesti dan semangat agar tujuan dapat tercapai. Segala masukan yang datang dari luar, baik berupa ide atau gagasan, tekanan- tekanan, maupun berupa materi, semuanya harus diproses di bawah koordinasi